Senin, 13 Agustus 2018

Makmum Denotasi


Di mulailah hari-hari kami yang benar-benar menjadi makmummu Kanda. Jikalau pasangan lain saat menggombal sebelum menikah dengan kata kata “wahai calon makmum 5 waktuku”, atau “mau kah kau menjadi makmum solatku?” Maka kita tidak begitu. Saya tidak pernah ingin menjadi makmum solatnya kanda dan memang pada kenyataanya sebelum minggu-minggu ini kanda sangat jarang menjadi imam solat saya, kecuali kanda lagi sakit parah atau hujan deras atau adegan-adegan yang sangat tidak mungkin kanda untuk ke masjid. Pertama kali saya mencari suami adalah orang pemakmur masjid yang selalu berjemaah dimasjid terutama subuh dan isya. Itulah syarat saya buat calon suami saya, dan kanda merasa oke dengan syarat itu karena beliau adalah salah satu anak masjid yg hobinya belok kemasjid dimanapun dia berada. Itulah mengapa saya jarang menjadi makmumnya, karena dia ke masjid dan saya memilih untuk solat dirumah. Biarlah ada yang mengambil fiqh wanita juga utama solat dimasjid kalau saya memilih fiqh keutamaan wanita solat dirumah. Terkadang saya juga solat dimasjid kalau kami sedang diperjalanan dan tak mungkin mengejar waktu solat di rumah. Ketika solat dimasjid ya kadang diimami kanda ataupun imam yang lain.
Minggu-minggu ini kami (para pasukan) benar-benar secara denotasi menjadi makmum kanda, karena disini tak tampak masjid. Ada masjid jauh ditengah kota, oleh karena itu para pasukan solat di apartment saja. Hal ini sebenernya membuat saya sedih, lelaki saya tak lagi solat berjemaah dimasjid terutama subuh dan isya. Saya tak pernah bangga menjadi makmum solat 5 waktu, namun saat itu terjadi itulah pilihan terbaik yang mampu kami lakukan karena keadaan. Kakanda dan panglima masih merindukan masjid maka saat kanda pergi ketengah kota hatyai ini,  diapun tetap singgah dimasjid. Meski bukan makmum solat yg membanggakanmu, kami adalah pasukan yg akan berusaha menjadikanmu imam di segala hal dalam rumah tangga ini kanda… Kami benar-benar makmummu sekarang.

Dithia--- menjelang milad di Negara orang
Hatyai…. 14 Agustus 2018
Note : foto seperti biasa diambil candid, dan abaikan makmum kecil yg tak tahu apa-apa

Cuma Komentator, kita yang aktor


Ini sebenarnya entah kisah apa, namun inilah komentar para komentator tentang kehidupan kami. Saat kami (kakanda dan adinda.. cieee) sama-sama menjadi dosen disalah satu perguruan tinggi negeri di Jatinangor sebut saja UNJAT hahahaha… Banyak para komentator yang tak dibayar bergunjing “Wah enak banget ya, ah masuk sana karena ada orang dalam nih suaminya kan sudah jadi dosen sana duluan” buat orang macam begini mau saya sumpah pocong (walaupun saya gak akan melakukan tindakan musryik begono) saya diterima jadi dosennya murni tanpa orang dalem, mereka tidak akan pernah percaya. Ada yang bilang “ iihh kok bisa ya, saya aja sama istri jauh-jauhan harus LDR-an” terussss…. Harus disamain gitu hidup situ sama hidup sini??
Takdir berikutnya saya dan suami sama-sama daftar pelatihan bahasa inggris dan takdir membawa kami ke satu kota yang sama sedikit berbeda waktu. Kakanda dipanggil satu bulan lebih dulu dibandingkan saya. Terus bisik-bisik kembali bergulir “ Wah kok bisa ya? Ikutan pelatihan ditempat yang sama” enak banget… ati-ati disana pelatihan ya,,jangan yang lain. Yah tentu saja yang lain lah… beli sarapan, motokopi modul, bayar kosan, masa pelatihan doang… Lagian kita yang bareng kok pada sewot, kita bareng juga karena kita daftar bareng jadi probability bisa barengnya ada. Komentar tak berhenti disana “Anak-anak gimana? “yeee mau anak-anak dimana kek, emang gaji bulanan kalian jadi berkurang .. Sinis mode on hahahahaha ….tentu saja kami lah orang pertama yang memikirkan itu tanpa meminta pertolongan kalian mengasuh mereka.
Terbaru adalah saat kami (Masih kakanda juga adindanya hahay..) diterima s3 di universitas  yang sama. Prince of Songkla University. Gunjingan kembali bertaburan seperti bintang-bintang saat malam lailatul Qodr (katanya lagu bimbo ciri-cirinya sih gitu). Eh emang boleh suami istri di univ yang sama? Eh kok bisa ya kebetulan gitu? Enak amat ya, saya aja pisah dg keluarga saya waktu sekolah?Jodoh nya sampe segitunya” Wah anak-anak gimana?”
Terus kalian mau saya jawab apa?
Begini yah permirsah, bisa diterima bareng tentu karena 22 nya daftar. Kami daftar juga setelah memenuhi semua persyaratan. Kalau keinginan mah kami maunya bareng di eropah gitu tapi demi memadukan jurusan kami dicarilah univ yang mewadahi jurusan kami berdua. Boleh suami istri? Yah yang ngasih beasiswa aja gak ngelarang kok yang gak nyumbang seperak-perak rupiah berasa berat menerima takdir kami. Jawaban terakhir, kebetulan? Didunia ini tak ada yang kebetulan semua sudah diatur Allah dengan kapasitas hambanya masing-masing. Menurut Allah takdir kami bersama inilah yang terbaik, bisa jadi saat berpisah kami makin hancur dan kesedihan melanda kami justru membuat bahtera rumah tangga kami rapuh.  Buat yang waktu sekolahnya pisah dg keluarga itulah takdir terbaiknya bisa jadi saat dia bersama keluarga malah kelurganya bikin tak konsentrasi dan makin banyak konflik yang harus diselesaikan selain mengurusi kerinduan yang menggila pada keluarganya. Ada yang saat membawa anak-anak seperti kami diijinkan oleh Allah mungkin karena Allah yakin kami bisa menjaga mereka saat bersama. Bisa jadi saat anak-anak tak dalam monitoring kami ada pertumbuhan mereka yang menyimpang walaupun kami akui kami belumlah manusia yang masuk kategori orang tua yang baik. Namun ada yang tak diijinkan Allah membawa anak-anak mungkin Allah tahu anak-anaknya ditempat yg aman meski tanpa salah satu orang tuanya. Jika dibawa malah ada yang tak baik kedepannya. Semua itu urusan Allah, jangan pernah berkata kehidupan orang lain itu lebih mudah dari kehidupan kita, hanya orang lain bisa lebih apik menyelimuti duka dan gelisah dalam ketidak tentuan menghadapi bahtera dunia ini. Ini nasehat untuk diri sendiri yang sedang menyerahkan segala takdir pada Pemberi Takdir karena tak tahu apa yang harus dilakukan terlebih dulu. Namun saat Sang Penggenggam takdir saja percaya pada kita masa kita dengan sombong tak percaya diri bahwa kita mampu. Hanya doa dan Usaha terbaik yang sedang dilakukan oleh para pasukan (Kakanda dan Adinda ini lagi juga panglima dan senopati) yang kata orang jodoh…beutttt… Semoga Allah on our Ways.. Always


Dithia..... at Sintron Mansion… Hatyai District South of Thailand…. 13 August 2018
Minggu-minggu awal yang belum banyak kerjaan.

Dia sudah mampu berkata

 Setelah 3 tahun usianya mulailah Laksamana banyak bicara. Tampaknya dia agak lebih lambat dibanding kakak kakaknya, tapi tak mengapa setiap...