Rabu, 04 Maret 2020

Puisi kangen

Nuansa seba'da Isya yg kini membeda rasa

 Berhari lalu, dikala senja mengantar surya meradu

 Disitu ku menunggu ...Dinda Caemh... menerbit menyala diponselku

 Bergantung pada simpul panah berkedip merayu sentuh

 Assalamu'alaikum itu bersambung kabar beranyam cerita

Berjeda pekik celoteh si dianya Berselip mesra rayu berselimut tama malu

 Tapi, semenjak tanya itu...
Ada berjuta tanya yg menarik-ulur rasa
 Kini berhari yg tlah berasa sangat lama
Meski berulang serupa kata dan kini berdamping tersebabnya

Apa hendak dikata, inu terminta dg bertanya

 Aku yg miskin jawab hanya "mengiya ga papa" kini harus menanggung akibatnya

 Tertimbun rindu, bimbang menggulana

Haruskah masih trs menunggu tiba saatnya Sambil menggembala dan melawan rasa

 Atau mencoba menyusun rencana yg tak jelas ujungnya

 Trus menjaring angin membawa angan ponsel segera menyala menggema menggurat namamu disana

 Mengais embun penyejuk kalbu tertimbun rindu Memekik do'a rahasia beraminkan malaikatNya Meski kau tlah memberi tanda...
sekarang mungkin blm waktunya

 Maka bersama detak yg trs memindah masa

 Ku sandra senyap kudekap gelap Ku plintir butir2 aksara agar sunyi sedikit mewarna

Agar rintih sekejap memulih

 Agar asa terus menggelora

Agar mimpi terhadir nyata Yaa Rabb.. muliakanlah istriku, langgengkanlah kebahagiaanya, mudahkan, selamatkan dan berkahkanlah segala urusan dunianya dan akhiratnya...

Aamiin YRA Maafkan anak2 kanda yg nakal2 itu ya Sayang...

Maafkan Kanda jg yg tlh membuat dinda bersusah payah mengasuh anak2 dan blm bsa membantu 😘😘


Note : numpang nyimpen aja puisi dari kanda yang ditulis waktu 2 hari g telponan pas LDRan

Btw bahasanya sangat pujangga sekali ya, yang pandai merangkai kata (kalau kata base jam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dia sudah mampu berkata

 Setelah 3 tahun usianya mulailah Laksamana banyak bicara. Tampaknya dia agak lebih lambat dibanding kakak kakaknya, tapi tak mengapa setiap...